Selasa, November 11, 2008

Pemberian Suplemen Seng (Zn) Pada Diare

Pendahuluan

Diare merupakan salah satu masalah kesehatan global khususnya di negara-negara yang sedang berkembang. Setiap tahun diperkirakan terjadi 1,5 milyar kasus diare di dunia dengan 2,5 juta kasus kematian pada usia kurang dari 5 tahun sebagai akibatnya1. Di negara berkembang diperkirakan angka kejadiannya berkisar antara 3,5-7 episode per anak per tahun dalam 2 tahun pertama kehidupan dan 2-5 episode per anak per tahun dalam 5 tahun pertama kehidupan2. Di Indonesia, morbiditas diare pada tahun 2000 sebesar 301 per 1000 penduduk. Angka ini meningkat bila dibandingkan dengan survei pada tahun 1996, yaitu sebesar 280 per 1000 penduduk. Diare masih merupakan penyebab utama kematian bayi dan balita di Indonesia dengan proporsi kematian bayi 9,4% dengan peringkat 3 dan proporsi kematian balita 13,2% dengan peringkat 23.

Untuk mengurangi tingkat kejadian diare pada anak, sejak Mei 2004 WHO memberikan rekomendasi agar para dokter memberikan suplemen zinc atau seng, di samping pemberian cairan oralit untuk rehidrasi oral. Seng akan memelihara integritas epitel dan jaringan, dengan menyokong pertumbuhan sel dan menekan apoptosis (anti oksidan). Selain itu, seng juga melindungi dari kerusakan akibat radikal bebas selama diare berlangsung4.

Makalah ini membahas tentang pemberian suplemen seng sebagai salah satu langkah dalam penatalaksanaan kasus diare.

Definisi Diare

American Academy of Pediatrics (AAP) mendefinisikan diare sebagai buang air besar dengan karakteristik terjadi peningkatan frekuensi dan/atau perubahan konsistensi, dapat disertai atau tanpa gejala dan tanda seperti mual, muntah, demam, atau sakit perut yang berlangsung selama 3-7 hari5. Depkes RI mendefinisikan diare sebagai penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya (3 atau lebih per hari) yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari penderita6.


Penatalaksanaan Diare

Selama diare, terjadi peningkatan kehilangan cairan dan elektrolit (Natrium, Kalium, dan Bikarbonat) ke dalam feses yang cair. Dehidrasi terjadi ketika jumlah cairan yang hilang tidak dapat digantikan dengan cukup sehingga terjadilah kekurangan cairan dan elektrolit. Derajat dehidrasi yang terjadi tergantung pada gejala dan tanda yang menunjukkan jumlah cairan yang hilang.

Seng adalah salah satu mikronutrien yang penting untuk menjaga kesehatan dan perkembangan anak. Seng hilang dalam jumlah yang lebih besar selama episode diare. Untuk alasan inilah maka semua pasien dengan diare harus diberikan suplemen seng segera setelah terjadinya diare. Dalam kongres dokter spesialis anak di Indonesia (KONIKA) yang dilaksanakan pada awal Juli 2008, ditetapkan 5 langkah penting dalam penatalaksanaan diare yang dikenal sebagai “Lintas Diare”, yaitu:

  1. Terapi rehidrasi oral, dapat mencegah dan mengobati rehidrasi jika diberikan secepatnya setelah terjadi diare pada anak.
  2. Suplemen seng, diberikan selama 10 hari akan menurunkan durasi dan beratnya diare. Seng juga dapat mengembalikan nafsu makan dan menurunkan kejadian berulangnya diare dalam 2-3 bulan berikutnya.
  3. Pemberian makan dan/atau ASI yang diteruskan, akan mencegah penurunan berat badan dan nutrisi anak yang berlebihan.
  4. Antibiotik harus tidak diberikan kecuali pada kasus diare berdarah dan kolera.
  5. Nasihati ibu untuk segera mencari pelayanan kesehatan jika anak demam, diare berdarah, muntah terus-terusan, tidak mau makan/minum, tampak sangat kehausan, gejala diare bertambah berat, atau tidak membaik dalam 3 hari.


Peranan Mineral Seng Bagi Kesehatan Tubuh

Sebagai salah satu komponen dalam jaringan tubuh, seng termasuk mikronutrien yang mutlak dibutuhkan untuk memelihara kehidupan yang optimal. Meski dalam jumlah yang sangat kecil, dari segi fisiologis, seng berperan untuk pertumbuhan dan pembelahan sel, anti-oksidan, perkembangan seksual, kekebalan seluler, adaptasi gelap, pengecapan, serta nafsu makan. Dari segi biokimia, seng sebagai komponen dari 200 macam enzim berperan dalam pembentukan dan konformasi polisome, sebagai stabilisasi membran sel, sebagai ion-bebas ultra-seluler, dan berperan dalam jalur metabolisme tubuh7.

Peranan terpenting seng bagi makhluk hidup adalah untuk pertumbuhan dan pembelahan sel, sebab seng berperan pada sintesis dan degradasi karbohidrat, lemak, protein, asam nukleat, dan pembentukan embrio. Dalam hal ini, seng dibutuhkan untuk proses percepatan pertumbuhan, menstabilkan struktur membran sel dan mengaktifkan hormon pertumbuhan7.

Seng juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh dan merupakan mediator potensial pertahanan tubuh terhadap infeksi. Pada defisiensi seng ditemukan limfopeni, menurunnya konsentrasi dan fungsi limfosit T dan B. Selain itu, seng juga berperan dalam berbagai fungsi organ. Misalnya, keutuhan penglihatan yang merupakan interaksi metabolisme antara seng dan vitamin A. Gejala rabun senja pada defisiensi seng berkaitan pula dengan deplesi dehidrogenase retinal dan retional, akibat gangguan keutuhan retina yang dipengaruhi oleh mineral seng7.


Kebutuhan dan Kontrol Keseimbangan Seng Dalam Tubuh

Untuk memenuhi kecukupan seng, dibutuhkan pengaturan diet yang adekuat, selain itu juga harus memperhitungkan bioavailabilitas bahan makanan yang mengandung seng, yaitu efek dari setiap proses, baik fisik, kimia, maupun fisiologis, yang berpengaruh pada jumlah seng yang diserap dari bahan makanan hingga bentuk biologis yang aktif untuk dapat dimanfaatkan bagi kebutuhan fungsional7.

Seng yang masuk melalui makanan kedalam saluran pencernaan akan diabsorpsi terutama di usus halus. Kontrol keseimbangan seng di dalam darah meliputi keseimbangan antara absorpsi dan asupan seng serta ekskresi endogen. Usus halus merupakan organ kunci untuk memelihara keseimbangan tersebut. Rendahnya asupan seng akan menyebabkan tingginya absorpsi seng di dalam usus halus. Sekresi asam lambung akan menghambat absorpsi seng.

Komponen bahan makanan juga berperan penting pada bioavailabilitas seng, karena adanya interaksi antara seng dan komponen lainnya. Beberapa zat (asam sitrat, asam palmitat, dan asam pikolinat) dapat meningkatkan absorbsi seng. Fitat yang terkandung di dalam sumber makanan nabati menurunkan absorpsi seng. Demikian pula, telah terbukti bahwa absorpsi seng menurun pada susu formula dengan bahan dasar kedelai.


Defisiensi Seng

Defisiensi seng banyak ditemukan pada penduduk Indonesia, diduga disebabkan kurangnya konsumsi bahan makanan hewani, terutama daging dan produknya (susu, hati, telur). Tingginya insiden penyakit infeksi juga dapat merupakan indikasi defisiensi seng, karena seng dapat menurunkan fungsi kekebalan tubuh7. Faktor lain yang dapat menimbulkan defisiensi seng adalah:

1. pemasukan seng yang kurang,

2. absorbsi seng berkurang,

3. pengeluaran seng yang berlebihan,

4. utilisasi seng berkurang, dan

5. kebutuhan seng yang meningkat

Kelompok yang paling rentan terhadap defisiensi seng adalah anak dalam masa pertumbuhan, masa produktif dan masa penyembuhan.


Peran Seng Dalam Mengatasi Penyakit Diare

Dasar pemikiran pengunaan mikronutrien (seng) dalam pengobatan diare akut didasarkan kepada efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan fungsi saluran cerna dan terhadap proses perbaikan epitel seluran cerna selama diare8. Pemberian seng pada diare dapat meningkatan absorpsi air dan elektrolit oleh usus halus, meningkatan kecepatan regenerasi epitel usus, meningkatan jumlah brush border apikal, dan meningkatkan respon imun yang mempercepat pembersihan patogen dari usus1.

Seng juga mudah didapat dengan harga yang relatif murah. Pengobatan penyakit infeksi seperti diare dengan seng dinilai tidak akan menimbulkan banyak masalah dibandingkan dengan menggunakan antibiotika yang sering menimbulkan suatu masalah. Pengobatan dengan seng cocok diterapkan di negara-negara berkembang seperti Indonesia yang memiliki banyak masalah terjadinya kekurangan seng di dalam tubuh karena tingkat kesejahteraan yang rendah dan daya imunitas yang kurang memadai.


Efikasi Suplemen Seng Pada Diare

Pemberian suplemen seng pada anak yang diare menurunkan durasi dan beratnya diare1,9,10,11,12,13,14,15. Pemberian seng dapat menurunkan frekuensi dan volume buang air besar sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak. Efikasi pemberian suplemen seng pada anak berumur <>9. Satu studi menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna14, tetapi studi yang lain memperlihatkan hasil yang bermakna dimana durasi dan beratnya diare menurun dengan pemberian suplemen seng15.

Studi mengenai pemberian suplemen seng pada diare sebagian besar dilakukan di negara berkembang dengan populasi yang terbukti mengalami defisiensi seng7,9. Oleh sebab itu data yang ada tidak bisa dijadikan acuan untuk menganalisis efikasi pemberian seng secara global9.


Efek Samping Suplementasi Seng

Ada studi yang memperlihatkan data bahwa pemberian suplemen seng menyebabkan muntah. Muntah meningkat pada 11 kasus diare akut (n 4438) dan 4 kasus diare persisten (n 2969). Seng glukonat lebih sering menyebabkan muntah dibandingkan dengan seng sulfat/ asetat1, akan tetapi sulit untuk menentukan apakah peningkatan muntah yang terjadi adalah karena pemberian formulasi seng dosis tinggi. Dari studi tersebut tidak dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara jenis garam seng yang digunakan terhadap efikasinya pada diare9.


Dosis Suplementasi Seng Pada Diare

Suplemen seng yang dianjurkan untuk diberikan adalah 20 mg sehari, diberikan selama 14 hari16. Dosis ini merupakan 3 kali lipat dari rerata kebutuhan harian seng pada anak7,16. Pemberian suplemen seng pada dosis ini berefek dalam menurunkan durasi dan beratnya diare. Pada anak yang dirawat di Rumah Sakit dapat diberikan dengan dosis terbagi dalam 2-3 kali pemberian. Di masyarakat, pemberian dosis tunggal aman dan manjur9.


Campuran ORS-Seng

Ada studi yang menganalisis efikasi seng jika ditambahkan pada larutan rehidrasi oral (ORS). Pencampuran seng kedalam ORS tidak menurunkan efikasinya, tidak menyebabkan perubahan rasa, dan tidak meningkatkan muntah9. Akan tetapi pada sediaan campuran ORS-seng dapat menyebabkan perbedaan total dosis seng yang diberikan per hari dibandingkan dengan pemberian ORS dan seng secara terpisah. Pemberian campuran ORS-seng hanya mengandung 8-16 mg seng perhari dan diberikan hanya selama diare masih berlangsung.


Kesimpulan

1. Pemberian suplemen seng pada diare dapat menurunkan durasi dan beratnya diare.

2. Dosis suplemen seng yang dianjurkan adalah 20 mg sehari yang diberikan selama 14 hari. Pemberian dapat berupa dosis tunggal maupun terbagi 2-3 kali pemberian.

3. Seng dapat ditambahkan pada larutan rehidrasi oral (ORS) tanpa mengurangi efikasinya sejauh diberikan dalam dosis yang dianjurkan.


DAFTAR PUSTAKA

1. Lukacik M, Thomas RL, Aranda JV. A Meta-analysis of the Effects of Oral Zinc in the Treatment of Acute and Persistent Diarrhea. Pediatrics. 2008;121:326-336

2. Barnes GL, Uren E, Stevens KB, Bishop RS. Etiologi of acute Gastroenteritis in Hospitalized Children in Melbourne, Australia, from April 1980 to March 1993. Journal of Clinical Microbiology. 1998:Jan;133-138

3. Departemen Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia 2001. Jakarta, 2002

4. Anonim. Diare Masih Jadi ”Pembunuh”. Pikiran Rakyat. 11 November 2007

5. American Academy of Pediatrics. Provisional Committee on Quality Improvement, Subcommittee on Acute Gastnoentenitis. Practice Parameter: The Management of Acute Gastroenteritis in Young Children. Pediatrics. 1996:97;424-435

6. Departemen Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan RI Tentang Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta, 2002

7. Reviana C. Peranan Mineral Seng (Zn) Bagi Kesehatan Tubuh. Cermin Dunia Kedokteran. 2004;143;53-54

8. Bhan MK. Current Concepts in Management of Acute Diarrhea. Pediatrics 2003:40;463-476

9. Bahl R, Baqui A, Bhan MK, et al. Effect of zinc supplementation on clinical course of acute diarrhea: Report of a Meeting. J Health Popul Nutr. 2001;19:338–46

10. Baqui AH, Black RE, El Arifeen S, Yunus M, Chakraborty J, Ahmed S, Vaughan JP. Effect of zinc supplementation started during diarrhea on morbidity and mortality in Bangladeshi children: community randomized trial. BMJ. 2002;325(7372):1059

11. Bhandari N, Mazumder S, Taneja S, Dube B, Agarwal RC, Mahalanabis D, Fontaine O, Black RE, Bhan MK. Effectiveness of Zinc Supplementation Plus Oral Rehydration Salts Compared With Oral Rehydration Salts Alone as a Treatment for Acute Diarrhea in a Primary Care Setting: A Cluster Randomized Trial. Pediatrics. 2008;121;e1279-e1285

12. Bhandari N, Mazumder S, Taneja S, Dube B, Black RE, Fontaine O, Mahalanabis D, Bhan MK. A pilot test of the addition of zinc to the current case management package of diarrhea in a primary health care setting. J Pediatr Gastroenterol Nutr. 2005;41(5):685–687

13. Bhatnagar S, Bahl R, Sharma PK, Kumar GT, Saxena SK, Bhan MK. Zinc with oral rehydration therapy reduces stool output and duration of diarrhea in hospitalized children: a randomized controlled trial. J Pediatr Gastroenterol Nutr. 2004;38(1):34–40

14. Brooks WA, Santosham M, Roy SK, Faruque ASG, Wahed MA, Nahar K, Khan HI, Khan AF, Fuchs GJ, Black RE. Efficacy of zinc in young infants with acute watery diarrhea. Am J Clin Nutr. 2005;82:605-10

15. Sazawal S, Black RE, Bhan MK, Bhandari N, Sinha A, Jalla S: Zinc supplementation in young children with acute diarrhea in India. N Engl J Med. 1995;333:839–844

16. Strand TA, Chandyo RK, Bahl R, Sharma PR, Adhikari RK, Bhandari N, Ulvik RJ, Molbak K, Bhan MK, Sommerfelt H. Effectiveness and efficacy of zinc for the treatment of acute diarrhea in young children. Pediatrics. 2002;109(5):898–903

Tidak ada komentar:

Posting Komentar