Senin, Desember 29, 2008

Hakikat Sebuah Pisau Forensik

Beberapa waktu yang lalu, aku bertugas di stase forensik. Stase yang tak akan terlupakan karena aku harus membedah mayat yang sudah busuk, bahkan sudah tampak tulang tengkoraknya. Untuk membedah mayat, dibutuhkan peralatan otopsi, salah satunya adalah pisau. Pisau yang tersedia di atas meja otopsi banyak jenisnya. Ada pisau yang berujung tumpul, tipis, tetapi tajam untuk mengiris dan membuka lapisan kulit. Ada yang tebal dengan ujung runcing tetapi kurang tajam untuk memotong tulang rusuk guna membuka dada. Pisau yang kecil, panjang, seperti keris untuk melepaskan otak dari dasar tengkorak. Masih banyak lagi pisau yang ada dan aku tidak tahu kegunaannya untuk apa.

Pisau memiliki kegunaan secara umum untuk memotong. Pisau-pisau tersebut tentu saja juga memiliki fungsi khusus sesuai dengan karakteristiknya masing-masing. Fungsi tersebut mungkin tidak bisa digantikan oleh pisau lainnya, atau jika digantikan, hasilnya menjadi kurang efektif dan efisien. Coba bayangkan seandainya pisau otak digunakan untuk memotong tulang. Bukannya tulang yang terbelah, malah pisaunya yang patah. Kita bisa mengetahui kegunaan pisau-pisau itu tentu saja dengan bertanya kepada si pembuat disainnya.

Demikian juga dengan kehidupan ini. Setiap orang diciptakan unik dan berharga dimata Tuhan, Sang Pencipta. Aku percaya bahwa setiap manusia memiliki mandat umum untuk memuji dan memuliakan Sang Penciptanya.

Bagaimana dengan mandat khususnya? Setiap manusia diciptakan secara khusus untuk menggenapi rencana agungNya. Kita bisa mengetahui mandat khusus tersebut dengan bertanya kepada Tuhan, Pencipta kita. Seperti namanya, mandat khusus, tentu saja hal ini pribadi sifatnya. Setiap manusia berbeda satu sama lainnya. Bagaimana jadinya jika kita tidak melaksanakan mandat khusus? Tentu saja kita tidak akan mendapatkan yang terbaik.

Dipakai Tuhan sebagai alat untuk menggenapkan rencanaNya seringkali hanya terdengar indah di telinga, tetapi berat untuk dijalankan. Seringkali kita harus mengorbankan hasrat, harapan, atau ambisi kita. Namun kita harus percaya bahwa recanaNya adalah indah pada waktunya. Bila kita tetap merasa berat menjalankan kehendak Tuhan, mintalah Tuhan menerangi hati dan pikiran kita, serta menguatkan kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar