Pertemuan kami waktu itu cukup singkat, hanya berlangsung beberapa minggu. Pertemuan singkat tetapi boleh dikatakan cukup intensif karena kami memang harus bekerja bersama setiap harinya. Waktu terus berjalan, tugas pun akhirnya terselesaikan. Akhirnya kami harus terpisah karena akan bertugas di kota lain yang jaraknya cukup jauh.
Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, waktu berlalu. Bayangan Dewi tak pernah hilang dari benakku. Mungkin cukup untuk bisa bertahan selamanya jika seandainya peristiwa ini tidak terjadi…
…sungguh tak disangka, beberapa hari yang lalu aku melihat Dewi di sini, di kota tempat tinggalku sekarang. Aku hampir saja tidak mengenalnya. Itu karena semuanya telah berubah. Rasanya tidak seperti waktu itu, tidak seindah dulu. Kecantikannya seolah-olah berkurang (kalau tidak mau dikatakan biasa saja).
Kecantikan memang merupakan anugerah Tuhan. Suatu karya yang agung mulia. Maha karya yang indah untuk dinikmati. Tidak hanya oleh kaum Adam, kaum Hawa juga.
Kecantikan memang tidak kekal, akan luntur dimakan waktu. Penuh subyektivitas. Tapi mengapa ini terjadi. Begitu cepatnya rasa itu berubah.
Aku jadi teringat akan kata mutiara kuno yang mengatakan bahwa “Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan TUHAN dipuji-puji”. Kalimat yang bijak dan penuh hikmat dari Raja Salomo karena mamang lahir dari perenungan hidupnya setelah mempunyai 700 orang isteri dan 300 gundik.
Orang mengatakan bahwa pengalaman adalah guru yang paling berharga. Akan tetapi jauh lebih baik jika kita tidak mengalami pahitnya bukan? Kita bisa belajar dari pengalaman orang lain.
Itulah salah satu tips yang bisa aku bagikan dalam memilih pasangan hidup. Semoga bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar